Notification

×

Iklan

Iklan

Dari Keris Manurung ke Jati Diri Mamuju — SDK Serukan Cinta Budaya dan Bahasa Daerah

Sabtu, 25 Oktober 2025 | 13:58 WIB |

Dari Keris Manurung ke Jati Diri Mamuju — SDK Serukan Cinta Budaya dan Bahasa Daerah (foto frd/Hkm) 

KabarDesa. co. id. MAMUJU SULBAR-Gubernur Sulawesi Barat, H. Suhardi Duka, menghadiri ritual sakral Massossor Manurung, prosesi pembersihan pusaka keris peninggalan Kerajaan Mamuju yang sarat makna spiritual dan budaya, Sabtu (25/10/2025) di pelataran Rumah Adat Mamuju.


Tradisi yang telah diwariskan sejak abad ke-15 ini tak hanya menjadi simbol pembersihan pusaka, tetapi juga dimaknai sebagai momentum introspeksi, pembersihan diri, serta penguatan nilai moral dan sosial masyarakat Mamuju.


Dalam sambutannya, Gubernur Suhardi Duka menegaskan, pelestarian budaya adalah bagian dari pembangunan manusia yang berkarakter dan berkepribadian.


 “Massossor Manurung bukan hanya tentang pembersihan benda pusaka, tapi juga pembersihan batin dan evaluasi terhadap perjalanan pembangunan. Karena itu, kegiatan seperti ini penting dilakukan sebagai sarana refleksi spiritual dan moral,” ujar SDK.


Gubernur yang akrab disapa SDK itu juga menyoroti pentingnya pelestarian bahasa dan identitas daerah.


 “Budaya adalah penuntun jati diri kita. Bahasa Mamuju adalah bagian dari identitas yang harus kita rawat. Kalau orang Mamuju tidak tahu bahasa Mamuju, artinya ia tercabut dari akar budayanya. Maka mari belajar dan lestarikan bahasa Mamuju,” tegasnya.


SDK juga menilai bahwa budaya tidak hanya harus dijaga secara sakral, tetapi bisa dikembangkan menjadi potensi ekonomi melalui pariwisata berbasis budaya.


 “Budaya bisa menjadi kekuatan ekonomi baru jika dikemas dengan baik. Seperti Bali, wisatawan datang bukan hanya untuk alamnya, tapi juga karena budayanya. Massossor Manurung ini punya daya tarik spiritual dan historis yang bisa kita kembangkan,” jelasnya.


Ia pun menyampaikan apresiasi kepada Maradika Mamuju Bau Akram Dai, lembaga adat, dan Pemerintah Kabupaten Mamuju yang telah menjaga dan meneruskan nilai-nilai luhur warisan leluhur.


 “Tidak ada pemimpin yang bisa sukses sendiri. Semua butuh kolaborasi dan semangat yang sama. Budaya dan persatuan adalah fondasi menuju Sulbar maju dan rakyat sejahtera,” tandas SDK.


Sementara itu, Maradika Mamuju, Bau Akram Dai, menjelaskan bahwa ritual Massossor Manurung sudah dilakukan turun-temurun sejak masa Raja Lasalaga sekitar tahun 1500 Masehi.


 “Pusaka Manurung menjadi simbol kekuatan dan keadilan bagi masyarakat Mamuju. Tradisi ini dilaksanakan dua tahun sekali di tahun ganjil sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur,” tuturnya.


Ia juga mengutip filosofi lokal yang meneguhkan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama terhadap tanah Mamuju:

 

“Sema manginung uai randanna to Mamuju, maka ia to Mamuju” — siapa pun yang minum air di Tanah Mamuju adalah bagian dari Mamuju dan wajib menjaga kedamaian daerah ini.


Bupati Mamuju, Sutinah Suhardi, yang turut hadir dalam ritual tersebut, menyampaikan terima kasih kepada Gubernur Sulbar atas perhatian dan dukungannya dalam menjaga serta mengembangkan budaya lokal.


 “Massossor Manurung ini bukan hanya warisan leluhur, tetapi juga perekat sosial dan penguat identitas masyarakat. Pemerintah daerah berkomitmen menjaga nilai-nilai luhur ini sebagai pondasi pembangunan yang berkarakter dan berbudaya,” ujar Sutinah.

×
Berita Terbaru Update