![]() |
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Mateng, Muhammad Iqbal, (foto ist) |
KabarDesa. co. id. MAMUJU TENGAH SULBAR--Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Sulawesi Barat, mencatat lima kasus baru infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) selama periode Januari hingga Juni 2025.
Penambahan ini memperpanjang daftar kasus HIV yang terdeteksi di Mateng, setelah sebelumnya juga ditemukan puluhan kasus di wilayah tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Mateng, Muhammad Iqbal, menyebutkan seluruh kasus baru tersebut ditemukan di Kecamatan Topoyo.
“Kelima kasus baru ini terdeteksi di Kecamatan Topoyo, terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan. Semuanya ditemukan dalam kurun waktu enam bulan terakhir,” jelas Iqbal saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu 11 Juni
Menurutnya, kelima pasien telah mendapatkan pendampingan dan pengobatan rutin. Meskipun tidak menjalani karantina, mereka dianjurkan tetap mematuhi terapi medis secara teratur. Karantina mandiri hanya disarankan apabila pasien mengalami komplikasi seperti tuberkulosis (TBC) atau infeksi menular seksual (IMS) lainnya, misalnya sifilis.
Iqbal menuturkan, pihaknya juga aktif melakukan skrining terhadap kelompok rentan, seperti ibu hamil, pasien TBC, dan karyawan tempat hiburan malam (THM).
“Kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap sekitar 30 karyawan THM. Hasilnya tidak ditemukan indikasi HIV, tetapi ada beberapa yang terdeteksi sifilis,” ungkapnya.
Selain itu, Dinkes Mateng bekerja sama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) dan Kementerian Agama dalam program skrining kesehatan bagi calon pengantin. Calon mempelai diwajibkan menjalani pemeriksaan HIV sebelum menikah. Bila ditemukan indikasi infeksi, pernikahan ditunda sementara hingga pasien menjalani pengobatan.
“Program ini bukan untuk melarang pernikahan, tetapi memastikan agar penularan tidak terjadi kepada pasangan maupun anak di masa depan. Jika viral load pasien sudah rendah atau tidak terdeteksi, pernikahan bisa dilanjutkan dengan pengawasan tenaga medis,” jelas Iqbal.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak mendiskriminasi penderita HIV, sebab penularannya tidak mudah terjadi.
“HIV tidak menular lewat kontak biasa. Risiko hanya terjadi melalui hubungan seksual tanpa pengaman, transfusi darah, penggunaan jarum suntik bersama, atau dari ibu penderita HIV ke anak saat menyusui,” tegasnya.
Iqbal menutup dengan ajakan agar masyarakat proaktif melakukan pemeriksaan dini jika merasa berisiko.
“Jika merasa pernah berisiko, segera lakukan pemeriksaan di puskesmas, rumah sakit, atau klinik terdekat,” pungkasnya