Notification

×

Iklan

.

Iklan

.

Advetorial

Pilgub Malut 2024, Antara Harapan & Tantangan

| Oktober 19, 2021 WIB

Oleh : Muhammad Syukur Mandar
Praktisi Hukum dan Dosen UIC Universitas Ibnu Chaldun

Malut, singkatan pendek dari kosa kata Maluku dan Utara (Maluku Utara). Sebuah Provinsi kepulauan yang terletak diujung timur Indonesia. Provinsi sebutan Moloku Kie Raha, disimbolkan dengan Empat Kesultanan, Kesultanan Ternate, Kesultanan Bacan, Kesultanan Tidore dan Kesultanan Jailolo.  Empat Kesultanan ini mencirikan Maluku Utara adalah sebuah negeri berperadaban tinggi, karena landasan pijak empat kesultanan itu adalah ada seatoran, atau bahasa sederhananya adat sebagai basis aturan dalam hidup dan kehidupan di Malut. 

Berbagai etnik ada di Malut, dan didalam ada etnik ada sub etnik, etnik Ternate, Makian, Togale, Tidore, Sanana, selain etnik pendatang ada Bugis, Gorontalo, Manado, Padang, Buton dan lain lain yang menghuni di 10 kabupaten/kota di Malut. Keragaman etnis adalah kekayaan sosial dan sekaligus sebagai modal bagi Malut dalam membangun pranata sosial dan politik di Malut.  

Sejatinya keberagaman itu sudah menjadi fondasi politik dan membebaskan Malut dari politik identitas atau politik etnik. Tapi faktanya, politik etnik masih menjadi ciri khas dan selalu mengemuka disaat pemilihan kepala daerah maupun pemilu.  

Atas dasar kesamaan etnik rakyat Malut menentukan pilihan dan kemudian juga atas dasar etnik rakyat malut memilih pemimpinnya.  Meskipun tidak semuanya, tetapi mayoritas masyarakat kelas menengah kebawah, lebih memilih pendekatan etnik sebagai alasan politik dalam mendukung dan memilih Gubernur, Bupati dan Walikota.  

Fakta mendukung dan memilih berdasarkan golongan suku etnik dari waktu ke waktu diakui mulai berkurang.  Meskipun pada prakteknya jumlahnya masih jauh lebih besar dari pemilih rasional, pemilih yang memilih tidak didasarkan karena etnik dan golongan. 

PILGUB Malut 2024, harus diseriusi oleh rakyat Malut, sebab momentum Pilgub 2024, menjadi penentu malut bisa bangkit dari keterpurukan atau tidak. Tanpa sadar usia provinsi ini sudah hampir 20 tahun, anggaran negara/daerah dihabiskan puluhan bahkan ratusan triliun, tapi hasilnya dirasakan rakyat Malut belum sesuai harapan.  Sofifi sebagai ibukota diatur undang-undang, masih menjadi polemik mengenai statusnya, apakah DOB atau kawasan pengembangan khusus.  

Ada kekuatiran yang patut kita ikhtiari, bahwa Pilgub Malut 2024, figur figur yang diwacanakan masih dalam pendekatan etnik, dan lebih parah lagi pendekatan uang/modal.  Dua hal ini sebenarnya faktor utama dari sekian faktor, penyebab malut terlambat bergerak maju dan bahkan mohon maaf jalan ditempat. 

Problem memilih pemimpin daerah adalah pendekatan uang, rakyat melihat pemilihan kepala daerah semacam kesempatan membalaskan dendamnya kepada elite politik yang suka janji dan mengingkari janjinya pada rakyat.  Rakyat hilang trust (kepercayaan) pada sebagian besar elite lokal.  Merasa di tipu disaat dipilih, karena disaat terpilih tak peduli dan tunaikan janji. 

Ini penyakit politik dipemilu, tanpa kita sadari, penyakit ini merusak semua sel sel demokrasi, demokrasi tidak saja hilang esensi utamanya, sebagai wahana seleksi pemimpin, tetapi lebih dari itu, demokrasi tidak lagi berfungsi sebagai alat ukur terbaik dalam memilih pemimpin.  

Akankah nasib malut 2024 berubah dan beranjak maju?, pertanyaan sederhana tapi sulit dijawab, karena banyak faktor menentukan kualitas dari jawaban pertanyaan diatas, meskipun beberapa tokoh lokal sudah tancapkan niat dan mulai gerak untuk calon gubernur malut 2024.  Tetapi aroma politik pilgub 2024, masih menyimpan bau seperti pilgub malut sebelumnya.  

Tentu kita semua berharap, ada tokoh alternatif, yang muncul dengan tawaran gagasan besar, narasi kuat dan mumpuni, hadir menjadi patron perubahan.  Bukan sebaliknya, elite lapisan tengah keatas, lebih bergairan diskusikan cagub malut 2024, lebih pada soal siapa yang punya uang, padahal mereka lupa, dipolitik uang beli uang, jika kuasa didapatkan dengan uang, maka kuasa akan dimanfaatkan untuk mendapatkan uang.  

Semoga Malut 2024, jadi lebih baik, masyarakatnya lebih sadar dan tidak mau menggadaikan hak pilihnya dengan uang, atau karena pengaruh etnik dalam memilih. Sebab pemimpin yang baik akan lahir dari rakyat yang memilih dengan cara baik, dipilih karena mampu, punya integritas, kapasitas dan dipercaya menjadi pelopor kemajuan di Malut. Semoga saja ya.  Amin

***
×
Berita Terbaru Update