Notification

×

Iklan

.

Iklan

.

Advetorial

Kakek Moyo Bertahan Hidup Dari Pemberian Orang Dan Minum Dari Tadah Hujan

| Maret 18, 2021 WIB


Kabardesa.co.id, SITUBONDO -Bertahun - tahun Moyo (82) tinggal di gubuk reot di perbukitan Dusun Air Mancur, Desa Juglangan, Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo. Kamis (18/3/2021).


Kisah nyata yang terjadi pada kehidupan lansia tersebut sangat miris. Untuk makan saja, Kakek Moyo mengandalkan belas kasihan para dermawan yang berkunjung ke gubuk reyotnya.


Selama 7 tahun, kakek lansia yang mengaku berasal dari Desa Parante, Kecamatan Asembagus ini betah tinggal di gubuk reot tanpa ada yang menemani dan bertahan hidup dengan makanan seadanya. Sehari dua hari perut tak terisi makanan merupakan hal yang biasa bagi kakek tersebut.


Dia mengandalkan makan dari pemberian orang yang mampir ke gubuk reyotnya di perbukitan. Bahkan, ketika tidak ada orang yang mampir ke gubuknya, untuk minum kakek ini harus mengandalkan air hujan.


Gubuk reyot berukuran 1,5 x 2 meter yang melindungi Kakek Moyo dari sengatan matahari dan dinginnya angin perbukitan dan dari belas kasihan warga setempat Kakek Moyo bertahan hidup.


"Terkadang minum air hujan kalau tidak ada air minum. Sedangkan untuk kebutuhan setiap hari, saya terkadang masak sendiri menggunakan tungku. Berasnya diberi oleh para dermawan maupun masyarakat yang naik keperbukitan,” jelas Kakek Moyo, dengan berbahasa madura.


Sementara itu Gandi, Kaur Kesra Desa Juglangan mengatakan bahwa, pihaknya tidak tahu mengapa Kakek Moyo betah bertahun-tahun tinggal sendiri di gubuk perbukitan ini. "Saya juga tidak mengetahui secara jelas tentang asal muasal kakek Moyo,” kata Gandi.


Lebih lanjut Gandi mengatakan, Pemerintah Desa Juglangan bersama Polsek Panji pernah mengantarkan Kakek Moyo ke keluarganya. 


"Pengakuan kakek Moyo, punya keluarga. Namun sayangnya, ketika Kakek Moyo kita antar tidak di terima, karena pihak yang diklaim sebagai keluarga oleh kakek Moyo enggan mengakuinya,” tutur Gandi.


Pihak yang diklaim keluarga oleh Kakek Moyo tersebut menolak untuk menerima kembali Kakek Moyo. "Dengan penolakan tersebut, kami tidak dapat berbuat banyak, sehingga Kakek Moyo kami bawa lagi ke tempat tinggalnya di perbukitan Desa Juglangan,” papar Gandi.


Sejauh ini, sambung Gandi, pihak Pemdes Juglangan hanya membantu kakek Moyo secara informal. Bantuan dari pemerintah tidak bisa ditujukan kepadanya karena dia tak memiliki kartu tanda penduduk setempat. "Kakek Motyo tidak punya KTP sehingga bantuan yang diterimakan kepadanya bersifat informal dan swadaya,” pungkas Gandi.

×
Berita Terbaru Update